|
Drone Indonesia |
Pesawat tanpa awak yang duji dapat untuk kepentingan sipil atau militer (photos : Merdeka, Detik)
5 Pesawat tanpa awak dipamerkan di Bandara Halim Perdanakusuma. Boleh berbangga karena pesawat-pesawat ini asli buatan Indonesia. Yuk, tengok kelima pesawat itu.
Pesawat-pesawat itu merupakan hasil riset Balitbang Kemenhan yang bekerjasama dengan BPPT. Pesawat-pesawat ini berfungsi antara lain sebagai pesawat pengintai, pemotretan udara pada area yang sangat luas, pengukuran karakteristik atmosfer, dan pemantauan kebocoran listrik pada kabel listrik tegangan tinggi. Pesawat-pesawat ini cocok digunakan di daerah perbatasan.
Kelima pesawat tanpa awak itu baru prototipe dan baru akan diproduksi.
"Setelah teruji kita akan serahkan ke industri. Bisa dimodifikasi tetapi kaidah desainnya harus sama. Saat ini ada PT DI dan LAPAN, yang akan memproduksinya," kata insinyur rekayasa di BPPT, Ir Adrian Zulkifli.
Adrian sangat berharap pesawat ini diproduksi oleh pabrikan teknologi BUMN dan bukan swasta. "Karena kita akan mengontrol pembuatannya," kata dia.
Berapa harganya? "1 Pesawat harganya kira-kira 2 miliar. Dan riset ini menggunakan dana DIPA. Untuk engine, kita ambil dari Jerman. Kalau kamera bisa pakai dari Taiwan," imbuh Zulkifli.
Prototipe pesawat itu dipamerkan dan 1 pesawat Wulung telah diuji coba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (11/10/2012). Yuk tengok lima pesawat ini:
1. Puna Sriti
Pesawat ini berwarna putih. Sriti adalah wahana udara nirawak jarak dekat dengan konfigurasi desain playing wing menggunakan catapult (pelontar) sebagai sarana take off dan jaring sebagai sarana landing.
"Sriti untuk surveilance. Karena bisa take off dengan peluncuran dan landing di jaring maka bisa dipakai untuk melengkapi Angkatan Laut pada peralatan di KRI. Sriti ini bisa melihat ke depan sejauh 60-75 km. Jadi bisa dikatakan sebagai mata KRI," papar Chief Engineer BPPT, Muhamad Dahsyat di lokasi.
Yang kedua, imbuh Dahsyat, untuk memenuhi kebutuhan pengamanan lokal area seperti bandara. Bisa juga dipakai untuk tindakan SAR di gunung-gunung, jadi lebih efektif.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 2.988 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 8,5 kilogram
- cruise speed 30 knot
- endurance 1 jam
- range 5 nautical mile
- altitude 3.000 feet
- catapult 4.500 mm
- catapult bungee chords.
2. Puna Alap-alap
Pesawat ini bermotif loreng dengan warna hijau tua dan hijau muda tentara. Alap-alap adalah wahana udara nirawak jarak menengah dengan konfigurasi desain inverted V-tail dan double boom menggunakan landasan sebagai sarana take off.
"Alap-alap didesain long race. Untuk kebutuhan surveilance saja," kata Dahsyat.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 3.510 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 18 kilogram
- cruise speed 55 knot (101,86 km/jam)
- endurance 5 jam
- range 140 kilometer
- altitude 7.000 feet
- payload = gymbal camera video.
3. Puna Gagak
Pesawat ini bermotif loreng dengan warna oranye dan putih.
Gagak adalah wahana udara nirawak jarak jauh dengan konfigurasi desain V-tail, low wing dan low boom, menggunakan landasan sebagai sarana take off - landing.
"Puna Gagak ini sama dengan Pelatuk tetapi berbeda misi. Kalau Gagak untuk misi rendah-naik-rendah lagi. Dan bisa digunakan untuk Angkatan Laut," tutur Dahsyat.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.916 mm
- MTOW (maximum take off weight) 120 kilogram
- cruise speed 52 - 69 knot (96,3 - 127,8 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 73 km
- altitude 8.000 feet
- payload=gymbal camera video.
4. Puna Pelatuk
Pesawat ini bermotif loreng dengan warna putih, abu-abu dan krem.
Pelatuk adalah wahana udara nirawak jarak jauh dengan konfigurasi desain V-tail inverted high wing dan high boom, menggunakan landasan sebagai take off - landing.
"Kalau Pelatuk itu low-high-low, menukik ke bawah, kemudian naik lagi," jelas Dahsyat.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.916 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 120 kilogram
- cruise speed 52 - 69 knot (96,3 - 127,8 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 73 km
- altitude 8.000 feet
- payload=gymbal camera video.
5. Puna Wulung
Pesawat ini bermotif loreng hijau tosca dan abu-abu.
"Wulung ini medium. Terbang bisa mencapai waktu 4 jam. Dan muatannya cukup hingga bisa dipakai untuk membuat hujan buatan maupun penyebaran benih," tutur Dahsyat.
"Kalau Wulung ini misi terbangnya itu high-high-high. Ke depan kita akan eksplorasi lagi untuk kebutuhan lain," imbuh dia.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.360 mm
- MTOW (maximum take off weight) 120 kg
- cruise speed 60 knot (111.12 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 120 KM
- length 4.320 mm
- height 1.320 mm
PT DI CIPTAKAN DRONE CANGGIH MAMPU TERBANG 24 JAM DAN DIPERSENJATAI DENGAN ROKET
Jakarta – Kemampuan PTDI untuk membuat pesawat fix wing, tidak perlu diragukan lagi. Sejumlah pesawat sudah mereka rakit dan mereka ciptakan.
Kini PTDI akan masuk mengembangkan drone atau Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) kelas Medium Altitude Long Endurance (MALE). Drone ini dirancang mampu terbang non stop 24 jam dengan ketinggian jelajah hingga 23.000 kaki.
|
Prototype UAV Male rancangan PT DI |
“Drone ini dirancang mampu terbang 24 jam di udara,” ujar Chief Engineer untuk PTTA, PTDI, Bona P. Fitrikananda, Senin (25/1/2016).
Dengan memiliki kemampuan terbang 24 jam tanpa jeda, drone canggih ini dirancang untuk misi terbang jarak jauh, yang bertugas hingga ke pulau-pulau terluar.
Drone ini juga bisa melakukan pengintaian lebih awal bahkan penindakan langsung kepada sasaran yang dinilai berbahaya, sebelum pasukan yang digerakkan tiba di lokasi, karena drone ini bisa langsung menembak sasaran dengan roket.
“Ini permintaan TNI supaya memiliki gungsi penindakan. Kalau ada sesuatu berbahaya yang istilahnya sebelum tentara atau bantuan datang, maka kita bisa melakukan penindakan,” ujarnya.
PTDI berencana menggandeng PT LEN untuk mendukung pembuatan sistem elektronik, sekaligus langkah untuk meningkatkan konten lokal.
“Kita kolaborasi dengan PT LEN untuk pengembangan electronic mission system,” ujar Bona.
Ditargetkan, drone canggih jenis ini mulai uji terbang tahun 2018.
“Tahun ini preliminary design, tahun depan masuk detail design dan prototype, uji terbang dilakukan pada tahun 2018,” tambah Bona.
|
CH 4 Drone, China |
Drone PTDI ini masuk kelas Medium Altitude Long Endurance (MALE), mengikuti drone sekelas MQ-1 Predator buatan AS dan drone CH-4 buatan China.
Sama dengan kedua drone tersebut, PTDI akan merancang drone yang dilengkapi sistem persenjataan.
Drone jenis ini direncanakan bisa membawa 2 sampai 4 unit roket.
Drone sejenis MQ-1 Predator biasa dipakai AS untuk menjalankan misi di Irak hingga Afganistan. PTDI sekarang sedang masuk tahap preliminary design untuk pengembangan MALE ini.
|
Prototype UAV Male rancangan PT DI |
Hingga saat ini, PTDI belum memberi nama drone ini, namun telah memiliki gambaran tentang kemampuan dan bentuk dari drone kelas MALE ini.
Drone MALE PTDI nantinya mampu terbang di ketinggian maksimal 23.000 kaki dan radius terbang dari pusat kendali sejauh 250 kilometer. Saat menjalankan misi, drone jenis ini bisa terbang non stop selama 24 jam.
Sejalan dengan pengembangan drone jenis MALE, PTDI juga sedang mengembangkan pembuatan roket untuk mendukung operasional drone. Roket jenis ini dirancang mampu menembak sasaran dengan radius efektif 5-6 km.
“Senjatanya masih open, tapi kita rencanakan yang dibuat PTDI yakni RD 702. RD 702, bisa menembak dengan radius 5-6 km,” ujarnya. (detik.com)